INFO EVENT - Setiap tahun angka kecelakaan yang menimpa pengguna sepeda di jalan raya terus naik. Tentunya ini seiring dengan meningkatnya penggunaan sepeda, untuk berolahraga maupun mobilitas sehari-hari. Dalam catatan Bike to Work (B2W) Indonesia, sepanjang 2021 terjadi 36 kecelakaan dengan korban meninggal sebanyak 15 orang. Tahun-tahun sebelumnya antara 2017-2020 jumlah yang meninggal karena ditabrak kendaraan bermotor mencapai 88 orang. Angka sebenarnya bisa saja lebih dari itu, karena tidak semua kecelakaan tercatat.
Merespon berbagai peristiwa itu, Tempo Cyclist, komunitas pesepeda di Tempo Media Group bekerja sama dengan Bike to Work Indonesia, membahas topik ini dalam acara “Ngopi Sore": Ngobrol Insipirasi Sore-Sore”, bertajuk “Road Safety: Upaya Menjaga Keselamatan Pesepeda di Jalan Raya”. Even diskusi online ini digelar hari Sabtu, 20 November 2021. Ngopi Sore adalah sebuah program obrolan santai yang disiarkan di Youtube Tempo Video Channel dan Facebook Koran Tempo Digital.
Diskusi dipandu oleh Direktur Tempo.co, Burhan Sholihin. Menghadirkan Ketua Umum Bike to Work Indonesia, Fahmi Saimima. Lalu Shinta Idriyanti Presiden komunitas sepeda lipat Dahon dan Rio Octaviano dari Road Safety Association Indonesia (RSA).
Dalam diskusi tercetus berbagai ide dan pendapat, antara lain, Fahmi Saimima memberi usulan agar pemerintah mengubah paradigma baru berjalan raya untuk membuat kebijakan yang melindungi pengguna jalan raya seperti pejalan kaki, pesepeda, serta kaum disabilitas. Kemudian penegakkan aturan secara konsisten. "Kebijakan ini lebih dibutuhkan dibanding dengan sekedar membuat sarana dan prasarana untuk pesepeda", kata Fahmi
Sedikit berbeda angle, Rio Octaviano mengatakan bahwa isu keselamatan jalan adalah sebuah isu global. Global Plans for Road Safety yang diluncurkan tahun ini, mengamanatkan kepada seluruh pemerintah kota di seluruh dunia untuk membatasi kecepatan pengguna jalan maksimal 30 km per jam. Pembatasan ini diharapkan berlaku untuk seluruh pemakai jalan baik yang bermotor ataupun yang tidak.
Sementara Shinta Idriyanti memberikan penekanan pada hal-hal yang bersifat teknis, sebagai 'self survival' para pesepeda untuk melaju di jalanan. Ia menyarankan agar para pesepeda mengenali bagian-bagian dari sepedanya, menyiapkan fitur perlindungan diri, memberi isyarat yang jelas kepada pengguna jalan raya lain. ""Lebih baik jika pesepeda mempunyai ilmu first aid untuk menolong diri sendiri dan pesepeda lainnya yang mengalami kecelakaan di jalan", ujar Shinta menutup diskusi.(*)