Berdasarkan kisah nyata Frank Abagnale Jr., Catch Me If You Can mengisahkan perjalanan seorang remaja yang berjuang menemukan identitas dirinya di tengah konflik keluarga. Hubungan antara Frank Jr. dan sang ayah, Frank Sr., menjadi inti cerita yang menyoroti bagaimana peran seorang ayah dapat membentuk karakter generasi berikutnya.
“Kami memilih Catch Me If You Can karena pesan yang diusung sangat relevan dengan kehidupan keluarga. Pertunjukan ini ingin menunjukkan bagaimana perilaku dan kasih sayang seorang ayah dapat membentuk masa depan anaknya,” ujar Aldy Inzaghi, sutradara Catch Me If You Can.
Konsep Double Cast yang Unik
Salah satu keunikan Catch Me If You Can kali ini adalah penggunaan konsep double cast,yaitu dua pasangan aktor utama tampil secara bergantian. Andreas Lukita berkolaborasi dengan Bukie Mansyur, sementara Benedict Anupratama berpasangan dengan Andovi Da Lopez. Setiap kombinasi menghadirkan interpretasi yang berbeda, memberikan pengalaman yang unik bagi penonton di setiap pertunjukan.
Menurut Bukie Mansyur, yang memerankan Carl Hanratty, karakter detektif yang memburu Frank Jr. ini menuntut pemahaman mendalam. "Saya banyak menonton film detektif klasik untuk menangkap nuansa era tersebut. Tantangan terbesar saya adalah hafalan dialog yang cukup panjang dan detail," ujar Bukie. Ia juga menambahkan bahwa perbedaan kecil dalam interpretasi karakter antara dirinya dan Andovi memberikan warna tersendiri di atas panggung.
Advertising
Advertising
Sementara itu, Benedict Anupratama, yang berperan sebagai Frank Abagnale Jr., mengungkapkan tantangan stamina dalam musikal ini. "Frank Jr. hampir tidak pernah meninggalkan panggung, dan ini seperti membawa konsep TV Show ke dalam teater. Setiap momen latihan selalu memberikan kejutan baru," kata Benedict.
Selain pertunjukan teater, Jakarta Art House juga mempersembahkan Relung Rasa, sebuah eksperimen sosial yang dirancang untuk mengajak penonton berinteraksi dengan cerita Catch Me If You Can. Di sini, penonton dapat mengungkapkan perasaan terdalam mereka—baik kepada ayah, keluarga, maupun sahabat—melalui pesan-pesan yang penuh makna.
“Kami ingin Relung Rasa menjadi ruang refleksi bagi penonton untuk menyampaikan perasaan yang mungkin selama ini terpendam, seperti penyesalan, harapan, atau kejujuran,” jelas Aldy.
Perjalanan produksi Catch Me If You Can dimulai dari proses audisi online melalui Instagram Jakarta Art House, yang dilanjutkan dengan audisi offline di Salihara Art Center pada April 2024. Dari target awal 80 peserta, audisi ini menarik 178 peserta yang bersaing untuk menjadi bagian dari produksi ini.
Delapan juri dari berbagai latar belakang, mulai dari sutradara hingga pelatih vokal dan koreografer, menilai kemampuan peserta dalam menyanyi, menari, dan berakting. Setelah proses audisi dan callback, para pemain mengikuti workshop intensif untuk mendalami karakter masing-masing.
Jakarta Art House: Rumah bagi Pecinta Seni
Sejak didirikan pada 2019 oleh Elhaq Latief, Nadya Teja, Aldy Inzaghi, dan Fadli Hafizan, Jakarta Art House telah menjadi wadah bagi anak muda yang mencintai seni pertunjukan. Dengan visi menciptakan dampak positif melalui teater, komunitas ini terus menghadirkan karya-karya berkualitas, termasuk Catch Me If You Can, yang diharapkan tidak hanya menghibur tetapi juga menginspirasi. (*)