Rocky Gerung di Bernalar Berdaya: Menggugah Pemikiran Kritis dan Melawan Kedunguan

Reporter

Editor

Yefri

Kamis, 24 Oktober 2024 14:00 WIB

Rocky Gerung di acara Bernalar Berdaya di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Info Event - Acara Bernalar Berdaya kembali digelar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, kali ini dengan tema yang menarik perhatian: "Filosofi untuk Kehidupan yang Lebih Sehat." Dalam kolaborasi antara MudaBerdaya dan Komunitas Bambu, acara ini dihadiri oleh sekitar 400 peserta dan menghadirkan sejumlah narator dengan gagasan mendalam, termasuk Rocky Gerung, yang menjadi sorotan utama dalam diskusi mengenai pentingnya berpikir kritis di era sekarang.

Acara dibuka oleh Jihan Sarah dari MudaBerdaya dan Eka dari Komunitas Bambu, yang menggarisbawahi pentingnya literasi filsafat untuk membangun generasi muda yang berpikir kritis. "Kolaborasi ini hadir karena kami percaya bahwa literasi dan diskusi adalah kunci menciptakan generasi muda yang berdaya," ungkap Jihan. Sementara itu, Eka menambahkan bahwa diskusi terbuka seperti ini penting untuk membuka ruang berpikir yang lebih luas di kalangan anak muda.

Rocky Gerung: Habis Dungu Terbitlah Bajingan Tolol

Sesi pertama dimulai dengan narasi provokatif dari Rocky Gerung, yang mengusung tema dari judul buku terbarunya, "Habis Dungu Terbitlah Bajingan Tolol." Rocky mengkritisi fenomena kedunguan yang menurutnya bukan hanya merajalela di media sosial, tetapi juga di acara-acara talkshow yang lebih fokus pada sensasi ketimbang substansi. Demokrasi, yang seharusnya menjadi arena pertukaran argumen, sering kali terjebak dalam politik transaksional dan relasi kuasa.

Rocky Gerung juga menyinggung tentang "feodalisme modern" yang menghambat meritokrasi di berbagai bidang kehidupan. Ia menyatakan bahwa banyak posisi kekuasaan didapat bukan melalui kompetensi, tetapi melalui transaksi politik. Hal ini, menurutnya, menciptakan stagnasi dalam sistem sosial yang seharusnya dinamis dan produktif.

Ketika ditanya tentang pilihan mahasiswa yang ragu untuk kembali ke Indonesia setelah belajar di luar negeri, Rocky menegaskan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab moral terhadap negara. "Pilihan untuk kembali atau tidak adalah soal tanggung jawab pribadi. Perubahan bisa dimulai dari mana saja, selama ada kesadaran dan komitmen," pesannya.

Pentingnya Filsafat sebagai Lentera Kehidupan

Advertising
Advertising

Sesi berikutnya menampilkan Dr. Meutia Irina Mukhlis, dosen Fakultas Ilmu Budaya UI, yang membawa monolog bertajuk "Lentera Gelap Tanpa Filsafat." Meutia menjelaskan bahwa tanpa pemahaman filsafat, manusia cenderung terjebak dalam materialisme dan ilusi kebahagiaan. Ia menekankan pentingnya filsafat untuk menyeimbangkan rasionalitas dan emosi, serta menghindarkan diri dari bias logika. "Kritik yang baik harus objektif, bukan sekadar sentimen," jelasnya.

Mengelola Kekacauan untuk Mencapai Kebahagiaan

Dalam sesi ketiga, dr. Ryu Hasan, ahli bedah saraf sekaligus pegiat sosial, membahas topik kebahagiaan dari sudut pandang medis dan filsafat. Ia mengkritisi pendekatan filsafat yang romantis tentang kebahagiaan, mengingat bahwa kebutuhan praktis seperti uang tetap menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. "Kekacauan bukanlah musuh, tapi sesuatu yang harus kita kelola," ungkapnya, menekankan pentingnya keseimbangan antara idealisme dan realitas.

Bagaimana Filsafat Menyelamatkan Hidup

Pada sesi keempat, Henry Manampiring, penulis Filosofi Teras, menguraikan tentang bagaimana filsafat Stoa dapat membantu manusia mencapai kebahagiaan sejati. Menurut Henry, kebahagiaan bukanlah tentang perasaan, melainkan kualitas jiwa dan kedalaman spiritual. Ia mengajak peserta untuk mengejar empat keutamaan utama: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri.

Mengurai Bias Gender dalam Ruang Dialektika

Acara ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif bertajuk Ruang Dialektika, yang membahas bias gender dalam konteks sosial. Dipandu oleh Patra Gumala dan Indah G, narator Guru Gembul dan Kumaila Hakimah memaparkan perspektif mengenai bagaimana konstruksi sosial memengaruhi peran gender. Kumaila menyoroti bagaimana bias gender masih kuat, khususnya dalam pengalaman perempuan di ruang publik, sementara Guru Gembul menambahkan bahwa konstruksi sosial gender tidak dapat dipisahkan dari faktor biologis.

Acara Bernalar Berdaya x Komunitas Bambu menekankan pentingnya filsafat sebagai alat berpikir kritis untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan sehat. Setiap sesi membuka wawasan bahwa kehidupan yang bermakna memerlukan keseimbangan antara pemikiran mendalam dan tindakan nyata.

Tentang Bernalar Berdaya

Bernalar Berdaya adalah program bulanan yang diselenggarakan oleh MudaBerdaya, dengan tujuan membuka ruang diskusi filsafat di kalangan anak muda. Dengan menghadirkan narator-narator berpengalaman, program ini mendorong generasi muda Indonesia untuk lebih kritis dan berdaya dalam menghadapi tantangan masa depan.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Ryan Indra di nomor 0896 8790 4429 atau melalui email di ryan@mudaberdaya.id. (*)

Berita terkait

Gugatan UU TNI di MK: Lima Berlanjut, Lima Lainnya Ditolak Mahkamah

16 jam lalu

Gugatan UU TNI di MK: Lima Berlanjut, Lima Lainnya Ditolak Mahkamah

MK memutuskan melanjutkan lima gugatan UU TNI ke tahap pembuktian. Sedangkan lima gugatan lainnya ditolak.

Baca Selengkapnya

Sosok Mahasiswa UI Cho Yong Gi yang Ditetapkan Jadi Tersangka

2 hari lalu

Sosok Mahasiswa UI Cho Yong Gi yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Relawan medis Cho Yong Gi jadi tersangka karena dianggap tidak menuruti perintah polisi.

Baca Selengkapnya

KJMU Bantu Anak Pedagang Kecil Tetap Kuliah

3 hari lalu

KJMU Bantu Anak Pedagang Kecil Tetap Kuliah

Kiki dan Rika dibesarkan oleh ibu tunggal yang berjualan makanan. Setelah sah menerima buku tabungan dan ATM Bank DKI sebagai bukti peserta KJMU, mereka bisa melunasi UKT dan tetap kuliah.

Baca Selengkapnya

Kronologi Mahasiswa UI Cho Yong Gi Jadi Tersangka Demo Buruh

4 hari lalu

Kronologi Mahasiswa UI Cho Yong Gi Jadi Tersangka Demo Buruh

Mahasiswa Filsafat UI Cho Yong Gi ditetapkan sebagai tersangka dalam kericuhan Demo Buruh 1 Mei 2025. Padahal dia bertugas sebagai tenaga medis.

Baca Selengkapnya

Pendaftaran SIMAK UI Dibuka Hari Ini, Catat Jadwal dan Cara Daftarnya

4 hari lalu

Pendaftaran SIMAK UI Dibuka Hari Ini, Catat Jadwal dan Cara Daftarnya

Calon mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (UI) bisa daftar melalui SIMAK UI yang resmi dibuka mulai hari ini.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI yang Bertugas sebagai Paramedis Jadi Tersangka Demo Hari Buruh

4 hari lalu

Mahasiswa UI yang Bertugas sebagai Paramedis Jadi Tersangka Demo Hari Buruh

Cho Yong Gi, mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, ditangkap polisi saat demo Hari Buruh dan ditetapkan sebagai tersangka.

Baca Selengkapnya

Dua Tim Mahasiswa Arsitektur UI Raih Prestasi di Kompetisi Saint-Gobain

7 hari lalu

Dua Tim Mahasiswa Arsitektur UI Raih Prestasi di Kompetisi Saint-Gobain

Dalam kompetisi tahunan yang diikuti lebih dari 1.300 mahasiswa dari 30 negara itu, tim mahasiswa UI meraih Juara 2 dan Juara 3.

Baca Selengkapnya

Anggaran Rp 9 Miliar untuk 11 Jilid Buku Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

8 hari lalu

Anggaran Rp 9 Miliar untuk 11 Jilid Buku Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Fadli Zon sebut anggaran untuk penulisan ulang sejarah Indonesia Rp 9 miliar untuk bikin 11 jilid buku yang dikerjakan 113 penulis.

Baca Selengkapnya

Cerita Ceni yang Diterima FTMD ITB Setelah Belajar Sampai 14 Jam Sehari

9 hari lalu

Cerita Ceni yang Diterima FTMD ITB Setelah Belajar Sampai 14 Jam Sehari

Ceni menghabiskan waktu belajar 14 jam sehari untuk menghadapi UTBK SNBT 2025. Hasilnya, ia lolos ke ITB.

Baca Selengkapnya

Ketua Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Sejarah Juga Memilih Topik

10 hari lalu

Ketua Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Sejarah Juga Memilih Topik

Ketua Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia menyebut tema dan konteks yang relevan, tak perlu susunan peristiwa yang linear.

Baca Selengkapnya