Dari Arsip, Film, hIngga Pertunjukan, Jagad Lengger Festival (JLF) 2022 Sukses Digelar dengan Semarak
Editor
Yefri
Kamis, 7 Juli 2022 09:00 WIB

Info Event - Lunas sudah gelaran pertama Jagad Lengger Festival (JLF) 2022 di Pendhapa Si Panji, Banyumas. Selama tiga hari sejak 25-27 Juni 2022, hadir puluhan pelaku, pengamat, dan publik yang antusias melestarikan seni tradisi Lengger Banyumasan. Pendhapa Si Panji yang biasanya hanya dipakai sebagai kantor administrasi kecamatan Banyumas, nampak semarak dan ramai selama tiga hari penyelenggaraan. Festival pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri pada tradisi lengger ini mengambil tema “Ngunthili & Napak Tilas Tradisi Lengger”. Tema ini diurai dan dibahas secara intens dalam empat program, yaitu Seminar, Pertunjukan, Pameran Arsip & Pemutaran Film, serta Peken Dusun Lengger. Selain semarak oleh pertunjukan, nuansa diskusi dan distribusi pengetahuan terkait ini kental terasa selama festival berlangsung.
Suara calung dan tembang yang disela riuh obrolan pengunjung terdengar dominan selama JLF 2022 berlangsung. Tiap harinya, acara dimulai jam 10 pagi dan baru berakhir hingga pukul 10 malam. Selama itu pula, ratusan pengunjung hadir setiap hari. “Pengunjung tidak hanya dari Banyumas atau Purwokerto saja, tapi juga banyak yang dari luar kota khusus ke Banyumas untuk ikut JLF lho,” ujar Otniel Tasman, direktur JLF 2022, ia menyambung, “Sebagai penari lengger saya ikut lega, berarti lengger masih punya tempat di hati masyarakat Banyumas”.
Gelaran JLF ini dibuka pada Sabtu, 25 Juni 2022 pukul 9 pagi dengan pertunjukan tari lengger massal di alun-alun Banyumas. Sekitar 50 penari lengger dari SMKN 1 Banyumas urun karsa meramaikan. Lemparan sampur dan decak kagum penonton membuka festival. Dari sana, seluruh rombongan bergerak ke venue festival ke pendhapa si panji yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari alun-alun. Pendhapa Si Panji, tempat diselenggarakan JLF merupakan bangunan yang punya nilai historis tinggi bagi warga asli Banyumas, di situlah dulu pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas dilaksanakan.
Tak seperti festival seni lain yang berfokus pada semarak pertunjukan, JLF 2022 lain sebab ia juga memberi fokus dan penggarapan serius pada arsip lengger. Sesuai misi JLF yaitu membaca rute gerak perkembangan sejarah lengger Banyumas, arsip-arsip yang dikumpulkan oleh tim JLF diaktivasi dan dipamerkan. Otniel Tasman menjelaskan, bahwa festival ini adalah langkah pertama dan menjadi penting, sebab sebelumnya tak ada penelusuran atau penyusunan sejarah yang layak soal lengger, “Kami pun belum tahu apakah sejarah yang kami susun itu benar atau salah, tapi yang jelas festival ini adalah langkah pertama untuk membuka diskusi soal itu.”
“JLF telah menjadi ruang pertemuan. Momen-momen saat interaksi antara pelaku seni tradisi lengger, pengamat, juga warga terjalin erat dan personal baik dalam perbincangan tentang pengalaman, pertukaran gagasan, serta riuh tepuk tangan,” tambah Abdul Aziz Rasjid, kurator JLF 2022.
Penyelenggaraan JLF di Banyumas juga bisa dilihat sebagai acara homecoming, sebab Banyumas adalah daerah tempat lengger lahir. Di masa lalunya, lengger hadir di tengah masyarakat agraris, tak hanya sebagai hiburan namun juga ritus spiritual. Kini, seiring perkembangan zaman, lengger boleh jadi mengalami perubahan bentuk pertunjukan atau relasi dengan masyarakat. Festival ini ingin merangkum perkembangan itu dalam sebuah rute arsip yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Atas misinnya ini, JLF 2022 mendapat dukungan penuh dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia; Indonesia Kaya, dan Pemerintah Kabupaten Banyumas. Sementara penyelenggara JLF sendiri adalah kolaborasi beberapa komunitas dari tiga kota, yaitu Banyumas, Yogyakarta, dan Solo. (*)