
INFO EVENT - Tumpukan sampah adalah permasalahan yang kita hadapi saat ini. Banyak di antara kita yang tidak mengerti bagaimana mengelola sampah dengan bijak, karena penanganan sampah selama ini masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu “Kumpul – Angkut – Buang”. Belum lagi limbah yang berasal dari minyak goreng rumah tangga. Data dari publikasi "Indonesia Oilseeds and Products Annual 2019", konsumsi minyak goreng rumah tangga Indonesia mencapai 13 juta ton atau setara 16,2 miliar liter pada 2019. Limbah minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) padahal bisa diubah menjadi alternatif bahan baku biodiesel yang menjanjikan.
Komunitas Narasi bekerja sama dengan Ideanation membahas mengenai permasalahan ini dalam acara Kita Kumpul Online Bersama Ideanation “My Contribution to My Dearest Earth” yang diselenggarakan Jumat pekan lalu, 30 April 2021 secara online.
Salah satu narasumber acara ini, Andi Hilmi Mutawakkil mengatakan banyak tantangan dalam mengembangkan industri minyak goreng bekas. “Mengembangkan minyak goreng bekas menjadi industri untuk memenuhi kebutuhan BBM nelayan, sempat merasa gagal dan tidak diterima. Nelayan awam banyak yg merasa ada perbedaan warna pada bahan bakar dan mereka khawatir memakai produk tersebut,” ungkap Andi Hilmi, CEO Gen Oil.
Sedangkan Muhammad Bijaksana Junerosano (CEO & Founder Waste4Change) mengungkapkan bahwa sampah rumah tangga adalah sampah paling banyak yang ada di dunia ini. Tapi di sisi lain, sampah rumah tangga punya peluang besar untuk mendatangkan pundi rupiah. Dengan kita memilah sampah dan menyumbangkannya ke bank sampah itu akan sangat menolong bumi.
Antusiasme dari hampir 200 peserta yang mengikuti acara ini sangat besar. Dalam acara ini juga dibahas cara mengelola sampah rumah tangga, termasuk sampah bekas makanan yang bisa dijadikan pupuk untuk tanaman hingga pemanfaatan sampah yang akhirnya bisa mendatangkan rupiah ketika ditukarkan di bank sampah.
Bagi yang ketinggalan acara ini, saksikan selengkapnya di Komunitas Narasi (@komunitasnarasi). (*)