
Pada bulan Ramadan tahun ini yang bersamaan dengan pandemi Covid-19, Ziliun, sebuah media tentang startup dan industri kreatif khusus bagi anak muda dan Penakota.id, platform digital untuk karya sastra Indonesia, mengadakan sebuah sayembara puisi pendek dengan tajuk #BukaPuisiBersama.
Tema yang diangkat dalam sayembara ini adalah “Berjarak namun Bersama”. Galeh Pramudianto, selaku Co-Founder Penakota.id mengungkapkan bahwa "kami ingin orang-orang mengekspresikan perasaannya tentang dampak dari karantina, khususnya saat bulan Ramadan, di mana interaksi fisik sangat dibatasi dan banyak momen atau tradisi yang terlewatkan".
Lalu Wicak Hidayat perwakilan dari Ziliun menyampaikan " Menyambut hari Buku Nasional di saat pandemi ini, Ziliun ingin memberikan apresiasi kepada penulis-penulis muda, calon sastrawan di masa depan. Oleh sebab itu kami cocok dan berkolaborasi dengan Penakota.id, yang bisa dibilang sebagai startup di bidang sastra"
Pelaksanaan sayembara dilakukan dari tanggal 11 Mei sampai 17 Mei 2020. Tercatat ada 56 karya dari 32 kota yang ikut sayembara ini. Proses penjurian dilakukan oleh Wicak Hidayat (Content Director, Rombak Media), Galeh Pramudianto (Co-Founder, Penakota.id), dan Fasha Rouf (Penulis Lepas). Dalam proses ini, para juri berdiskusi untuk menentukan 10 besar karya terbaik lalu menentukan 1 pemenang utama.
Setelah proses penjurian, terpilihkan karya puisi terbaik yang memenangkan sayembara #BukaPuisiBersama ini. Karya tersebut berjudul "Berbuka Puisi" tulisan Muhammad Daffa dari kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan.
Mari kita simak karya pemenang #BukaPuisiBersama di bawah ini:
BERBUKA PUISI
Oleh Muhammad Daffa (tepianwarna)
kutabuh laparmu, genderang hantu-hantu keroncongan
para penyair sembunyi ke dalam lambung kitab suci
mencuri kurma pertama. puisi membuka doa dengan basmallah yang latah
tuhan dijarah tangan tertengadah. di pelukan siapa surga menjahit benang-benang sutra?
kutabuh sunyi yang kelindan ke dalam lambungmu, keriap lapar merongrong bahasa cinta
penyair menuang sebotol sirup cap puisi ke gelas-gelas yang dirajah doa
hanya laparmu mengulang kecipak ombak yang tak mengenal hulu suara di kemaruk lambung
beduk memiuhkan sakral magrib, berdentum-dentum disinggahi mukjizat musim
#BukaPuisibersama
Karya peserta selengkapnya bisa dibaca di sini.