Omnibus Law, Masalah Kehutanan, dan Catatan Kritis dari Lokakarya Nasional Sylva Indonesia IPB 2020

Reporter

Yefri

Editor

Yefri

Senin, 6 Januari 2020 14:00 WIB

Lokakarya Nasional Sylva Indonesia IPB 2020

INFO EVENT – Omnibus Law, ketimpangan penguasaan antara kawasan hutan dan bukan kawasan hutan, ketidakpastian kawasan hutan dan implikasinya terhadap aspek sosial, ekonomi dan ekologi adalah topik utama yang dibahas oleh para mahasiswa kehutanan Indonesia dalam Lokakarya Nasional Sylva Indonesia IPB 2020 yang diselenggarakan di Ciawi, 4-5 Januari 2020 kemarin.

Sylva Indonesia adalah organisasi mahasiswa kehutanan Indonesia yang berdiri sejak 1959 di Yogyakarta dan mempunyai anggota di 45 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Lokakarya dimulai dengan paparan mengenai masalah-masalah kehutanan dari para pakar yaitu Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Prof. Hariadi Kartodihardjo, MS, Peneliti Senior Agrarian Resources Center Dianto Bachriadi PhD, Kepala Departemen Advokasi Internasional Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi, Dosen Fakultas Kehutanan IPB Ir. Haryanto R Putro, MS, dan Aji Rizki Pratama dari Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB . Setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi masalah kehutanan yang melibatkan 32 delegasi yang hadir.

Ditemui setelah acara, Prof. Hariadi yang aktif mengemukakan pandangannya mengenai omnibus law menyatakan bahwa pemerintah harus memperhatikan jangan sampai pemangkasan regulasi ini malah menimbulkan korupsi institusional. Profesor kebijakan hutan ini juga menyatakan bahwa dalam waktu dekat para dekan kehutanan juga akan berkumpul di IPB untuk mengawal proses omnibus law ini.

Ketua Pengurus Cabang Sylva Indonesia IPB Rachmatul Rajab Aqsha menyatakan bahwa lokakarya nasional ini diadakan untuk menindaklanjuti kajian yang diadakan oleh pengurus cabang bahwa ada masalah ketidakpastian kawasan hutan, lemahnya kapasitas kelembagaan pengelolaan hutan, ketidakpastian hak dan akses masyarakat atas sumberdaya hutan, serta rendahnya daya saing usahakehutanan dan korupsi di sektor kehutanan. Untuk itu mereka berinisiatif untuk menyelenggarakan acara untuk memetakan dan merumuskan rekomendasi dari mahasiswa untuk arah pembaruan kehutanan Indonesia.

Advertising
Advertising

Catatan kritis dari acara ini adalah ini seruan kepada pemerintah untuk melakukan pembaruan kehutanan (forestry reform) dengan melakukan empat hal. Pertama, adalah perubahan cara berfikir “kawasan hutan first” menjadi cara berfikir pada ruang nyata dengan mengedepankan sebesar-besarnya kepada kemakmuran rakyat. Kedua, pembaruan birokrasi kehutanan yang menyasar output dan outcome melalui pembenahan key performance indikator. Ketiga, penyelenggaraan kehutanan sebagai penopang pembangunan nasional berbasis lintas sektoral serta penetapan kawasan hutan berdasarkan fungsi bukan teritori. Dan yang terakhir mereka menyerukan pembaruan struktur agrarian daratan melalui revisi UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan melalui Omnibus Law Sumberdaya Alam yang mengacu pada Tap MPR No. XI/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. (*)

Berita terkait

Panitia SNPMB Ungkap Kecurangan UTBK, IPB Pastikan Sesuai Prosedur

1 hari lalu

Panitia SNPMB Ungkap Kecurangan UTBK, IPB Pastikan Sesuai Prosedur

Panitia SNPMB mendeteksi sebanyak 13 pusat UTBK di seluruh Indonesia terlibat kecurangan.

Baca Selengkapnya

Populasi Kupu-Kupu Turun, Peneliti IPB Jelaskan Penyebabnya

1 hari lalu

Populasi Kupu-Kupu Turun, Peneliti IPB Jelaskan Penyebabnya

Guru Besar IPB University Noor Farikhah Haneda menjelaskan berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi kupu-kupu.

Baca Selengkapnya

Mager Seharian Meningkatkan Risiko Kematian? Ini Kata Dosen IPB

6 hari lalu

Mager Seharian Meningkatkan Risiko Kematian? Ini Kata Dosen IPB

Gaya hidup sedenter atau yang biasa disebut mager berbeda dengan inaktivitas fisik biasa.

Baca Selengkapnya

Dosen IPB Ungkap Faktor Pemicu Peningkatan Pemanasan Permukaan Bumi

7 hari lalu

Dosen IPB Ungkap Faktor Pemicu Peningkatan Pemanasan Permukaan Bumi

Pemanasan permukaan bumi saat ini merupakan kontribusi dari faktor antropogenik (aktivitas manusia) dan faktor alami.

Baca Selengkapnya

TNI Masuk IPB, Rektor: Kegiatan Bersifat Akademis

8 hari lalu

TNI Masuk IPB, Rektor: Kegiatan Bersifat Akademis

Rektor IPB Arif Satria mengatakan masuknyaTNI ke kampus IPB adalah bentuk kerja sama yang berbasis kepentingan akademis.

Baca Selengkapnya

TNI Masuk IPB Ikuti Pelatihan Pertanian Buat Ketahanan Pangan

8 hari lalu

TNI Masuk IPB Ikuti Pelatihan Pertanian Buat Ketahanan Pangan

Fenomena Tentara Nasional Indonesia (TNI) masuk kampus kini merambah juga ke Institut Pertanian Bogor atau IPB.

Baca Selengkapnya

Kemenhut Klaim Perdagangan Karbon Bakal Libatkan Masyarakat Adat

11 hari lalu

Kemenhut Klaim Perdagangan Karbon Bakal Libatkan Masyarakat Adat

Perdagangan karbon akan mengacu pada Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dan kerangka regulasi nasional.

Baca Selengkapnya

Dukung Palestina, IPB Buka Kesempatan Kuliah untuk Warga Gaza

19 hari lalu

Dukung Palestina, IPB Buka Kesempatan Kuliah untuk Warga Gaza

Menurut Arif, terdapat 60 program studi di IPB yang bisa diikuti oleh calon mahasiswa asal Gaza, baik di tingkat Sarjana maupun Sarjana Terapan.

Baca Selengkapnya

Dosen IPB Jelaskan Fenomena Pergerakan Tanah Penyebab Rumah Ambruk di Purwakarta

22 hari lalu

Dosen IPB Jelaskan Fenomena Pergerakan Tanah Penyebab Rumah Ambruk di Purwakarta

Selain karena hujan deras, pergerakan tanah juga bisa disebabkan oleh faktor geologi tertentu.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Sejumlah Ekonom Soal Tarif Impor Trump yang Berdampak Bagi Indonesia

24 hari lalu

Tanggapan Sejumlah Ekonom Soal Tarif Impor Trump yang Berdampak Bagi Indonesia

Sejumlah ekonom memberikan tanggapan soal tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Rabu, 2 April 2025.

Baca Selengkapnya