Info Event - Jakarta Doodle Fest (JDF) kembali hadir untuk edisi kedua, mengusung tema baru, "Art to Cart." Tema ini menyoroti pentingnya bagi seniman untuk tidak hanya menciptakan karya, tetapi juga mengembangkan kemampuan komersial untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Bertempat di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1-3 November, JDF 2024 dirancang lebih meriah, menghadirkan kolaborasi yang memadukan seni visual dengan industri kreatif dan berbagai sponsor, sehingga dapat menjadi wadah bagi seniman muda untuk berkembang.
Menggandeng Sponsor untuk Mendorong Komersialisasi Seni
Tahun ini, Jakarta Doodle Fest menggandeng tiga sponsor utama yang mendukung pengembangan seni dalam tiga program berbeda: MR.DIY, myBCA, dan Galeri Indonesia Kaya. Masing-masing sponsor menghadirkan program khusus dalam roadshow ke sekolah-sekolah seni di Jakarta, Bandung, dan Malang. Program ini bertujuan memperkenalkan aspek-aspek baru seni visual dan membuka kesempatan kepada para mahasiswa untuk mempraktikkan keahlian mereka.
MR.DIY dan Seni Instalasi
Dalam kolaborasi dengan MR.DIY, JDF menggelar roadshow yang melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus di tiga kota, yakni Malang pada 26 September, Bandung pada 3 Oktober, dan Jakarta pada 9 Oktober. Program ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mencoba langsung proses penciptaan karya instalasi menggunakan material yang disediakan oleh gerai MR.DIY. Selain pengalaman kreatif, MR.DIY juga mendukung peserta melalui kompetisi instalasi seni, di mana karya pemenang akan dipajang di pameran utama JDF, All The Small Things, serta di salah satu toko MR.DIY. Kegiatan ini diharapkan memberi exposure bagi para mahasiswa, memperkenalkan bakat mereka kepada publik, dan membantu mereka dalam perjalanan menuju karier profesional.myBCA dan Desain Merchandise
Bekerja sama dengan myBCA, roadshow ini difokuskan pada desain grafis, menawarkan pengalaman yang berbeda dari kolaborasi MR.DIY. Dalam program ini, mahasiswa mendapatkan panduan langsung dari para mentor tentang mendesain merchandise, serta peluang berharga untuk merancang merchandise resmi myBCA. Karya yang dipilih dari para peserta akan digunakan oleh myBCA sebagai merchandise resmi, memberikan para mahasiswa pengalaman langsung merancang untuk korporasi. "myBCA Mentorship Project" ini juga membuka wawasan mahasiswa tentang dunia kerja dan memberi mereka kesempatan berharga untuk membangun portofolio profesional.Baca juga:
Galeri Indonesia Kaya dan Produksi Teater Musikal
Kolaborasi dengan Galeri Indonesia Kaya berfokus pada produksi teater musikal yang terinspirasi dari karya ilustrator Varsam Kurnia, berjudul Moonboy and His Starguide The Musical. Para mahasiswa mengikuti serangkaian kelas di Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia, mencakup topik desain set, kostum, tata rias, dan manajemen panggung. Para mahasiswa terlibat dalam proses produksi teater yang nantinya akan dipertunjukkan di hari kedua JDF 2024 pada 2 November. Karya teater ini menonjolkan aspek visual dari teater dan juga menggarap konsep dari ilustrasi menjadi sebuah karya seni panggung, memperlihatkan potensi seni visual yang melampaui medium aslinya.
Rangkaian Roadshow dan Dukungan Kampus
Selama rangkaian roadshow, JDF menjalin kerja sama dengan berbagai universitas terkemuka, seperti Binus University Alam Sutera, Pradita University, Institut Kesenian Jakarta, UIC College, LSPR, ATVI IMDE, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Negeri Malang. Setiap kampus memberikan keunikan tersendiri, baik dalam fokus seni yang diangkat maupun desain acara, memperkaya pengalaman mahasiswa dalam menghadapi dunia seni secara nyata.
Menurut Mandy CJ, cofounder JDF dan TFR News, kolaborasi dengan berbagai pihak ini memungkinkan JDF menjadi lebih dari sekadar festival seni visual. "Roadshow kami dengan tiap kolaborator dan kampus memiliki keunikan tersendiri, baik dari seni apa yang difokuskan, hingga desain acaranya. Semua merupakan bagian dari upaya Jakarta Doodle Fest merayakan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni visual, khususnya dengan anak muda," ungkap Mandy, yang turut hadir di setiap sesi roadshow.
All The Small Things (ATST) dan Kiprah Muklay sebagai Art Director
Salah satu acara utama JDF 2024 adalah All The Small Things (ATST), yang disutradarai oleh seniman Muklay. Inisiatif ini menawarkan platform bagi para seniman untuk memamerkan karya mereka yang dapat dibeli oleh publik, sekaligus mengajak para seniman untuk lebih menyadari aspek komersial dari karya seni mereka. Sebagai Art Director JDF, Muklay juga berperan penting dalam merancang dan menyusun pameran yang menampilkan hasil karya para peserta, mengangkat tema visual yang segar dan eksperimental.
Menghubungkan Seni dengan Komunitas dan Industri
Dengan tema "Art to Cart," Jakarta Doodle Fest 2024 berupaya membangun sinergi antara komunitas seni visual dengan pelaku industri melalui dukungan para sponsor sepanjang program. Ria Sutrisno, Head of Marketing MR.DIY, mengungkapkan rasa bangganya atas keterlibatan MR.DIY dalam mendukung seniman muda. "MR.DIY merasa bangga bisa turut memberikan dukungan untuk anak muda yang menggeluti seni visual lewat JDF 2024," ungkap Ria.
Puncak acara Jakarta Doodle Fest 2024 yang berlangsung pada 1-3 November menampilkan berbagai hasil karya dari rangkaian roadshow, seperti instalasi seni, merchandise desain, dan pertunjukan teater musikal. Acara ini menjadi momentum bagi para seniman muda untuk menunjukkan potensi mereka dan menginspirasi publik untuk melihat potensi komersial dari seni visual.
“Banyak elemen baru yang kami hadirkan dalam edisi kedua Jakarta Doodle Fest tahun ini, termasuk ‘buah’ dari apa yang kita hasilkan selama roadshow. Misalnya karya mahasiswa di pameran All The Small Things dan pertunjukan teater musikal. Kita ingin membuka mata publik akan apa saja possibilities dari sebuah karya seni visual,” tambah Mandy.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Jakarta Doodle Fest dan All The Small Things, publik dapat mengunjungi akun Instagram resmi di @jakartadoodlefest. Mari dukung komunitas seni visual Indonesia dan hadir di rangkaian acara Jakarta Doodle Fest 2024 untuk merayakan potensi seni yang tidak hanya inspiratif, tetapi juga bernilai ekonomis. (*)