Info Event – Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Artotel Suites Mangkuluhur Jakarta menggelar pameran lukisan bertajuk “Tombo Ati” yang akan berlangsung dari tanggal 10 Oktober 2023 hingga 30 November 2023. Pameran ini akan menampilkan lukisan-lukisan dari Rosita Rose, KaNA Fuddy Prakoso, dan Sari Koeswoyo, dan dikuratori oleh Diaz Ramadhansyah. Acara ini akan dibuka oleh dr. Yuniar Sp.KJ, MMRS Dirut RSJ Radjiman.
Setiap tanggal 10 Oktober, dunia merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia, sebuah peristiwa yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menggambarkan kesehatan mental dalam dua konsep penting: "Isu kesehatan mental," mencakup berbagai aspek yang dapat meningkatkan risiko gangguan mental, dan "gangguan mental," yang melibatkan kondisi ketidaknormalan dalam pikiran, perilaku, dan emosi, menyebabkan penderitaan dan hambatan dalam memenuhi peran manusia. Penting untuk dicatat bahwa memiliki masalah kesehatan mental tidak selalu sama dengan mengalami gangguan mental.
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan mental telah menjadi prioritas yang membutuhkan perhatian dan tindakan serius. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah melalui penyelenggaraan pameran seni.
Di dunia Barat, seni visual telah lama digunakan sebagai alat untuk pemulihan kesehatan mental sejak awal abad ke-20. Konsep "Terapi Seni" muncul pada tahun 1940-an oleh Adrian Hill dan Margaret Naumburg dan mendapatkan pengakuan formal melalui American Art Therapy Association (AATA) pada tahun 1969. Pameran seni juga memberikan platform bagi para seniman untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran mereka tentang kesehatan mental.
Dalam konteks ini, pameran ini memilih "Tombo Ati" sebagai tema. "Tombo Ati" secara harfiah diterjemahkan sebagai "penglihatan batin," menandakan kebijaksanaan dan pemahaman yang muncul dari kedalaman hati untuk melihat, merasakan, merenung, dan menginterpretasikan. Karya-karya seni yang dipamerkan tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi visual semata, tetapi juga memanifestasikan dan mencerminkan interpretasi masing-masing seniman terhadap tema yang dipilih.
Rosita Rose, KaNA Fuddy Prakoso, dan Sari Koeswoyo, melalui bahasa universal seni, membuka pintu ke dunia yang lebih dalam, menjembatani hati dan pikiran, dan memungkinkan pemahaman yang lebih halus tentang keragaman pengalaman manusia. Karya-karya mereka berfungsi sebagai gerbang untuk menjelajahi ranah yang belum pernah kita rasakan sebelumnya, mengingatkan kita akan kekuatan seni dalam menjalin hubungan kuat antara manusia dan diri mereka sendiri, serta manusia dan alam semesta. Seni visual bukan hanya ekspresi visual, tetapi juga sarana untuk introspeksi dan pemahaman diri serta dunia di sekitar kita. (*)