INFO EVENT - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengadakan Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 (IEO ’21) yang dilakukan secara daring melalui platform Zoom Webinar dan Live Streaming YouTube pada 8 Februari 2021. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian main event dari Indonesia Economic Outlook 2021. Pada tahun ini IEO’21 mengangkat tema “Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy”. Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 juga memiliki tiga subtema yang terbagi dalam tiga sektor, yaitu sektor fiskal, moneter, dan riil.
Pj. Dekan FEB UI, Dr. Beta Yulianita Gitaharie, S.E., M.E. dalam sambutannya menyampaikan agar para pembuat kebijakan, pemerhati, dan khalayak dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa, untuk bertukar pikiran dan pada akhirnya menghasilkan wacana yang positif dan obyektif dalam mewujudkan transformasi ekonomi bagi Indonesia di tengah tantangan global. Ia juga berharap semoga banyak hal yang dapat dipelajari dengan jelas dan lengkap mengenai perkembangan terkini kondisi perekonomian, baik nasional maupun global dari semua sumber yang terkemuka.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak terkait, terutama akademisi agar dapat memastikan proses implementasi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat berjalan dengan baik. Ia juga menandaskan bahwa sinergi dan koordinasi dari kebijakan ekonomi akan mengakselerasi pemulihan ekonomi dan secara bersamaan juga dapat melakukan kapitalisasi momentum untuk transformasi ekonomi.
Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara menyampaikan bahwa terdapat tiga faktor utama sebagai framework kebijakan pemulihan ekonomi pada tahun 2021, yaitu intervensi kesehatan, anggaran yang fleksibel dan reformasi struktural. Dalam pemaparannya, ia juga menyampaikan bahwa pemerintah akan terus melihat angka-angka dari beberapa indikator agar dapat memastikan memastikan bahwa pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan lancar di Indonesia. Pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat berkisar antara 4,5% hingga 5,3% pada tahun 2021. Hal ini cukup sejalan dengan proyeksi institusi internasional untuk Indonesia pada tahun 2021.
Dari perspektif internasional, World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste Satu Kähkönen memaparkan kondisi ekonomi dari contoh historis berupa pandemi flu Spanyol. Wabah tersebut melanda dunia dalam empat gelombang berturut-turut selama tahun 1918 hingga 1920. Di sisi lain, COVID-19 saat ini baru memasuki gelombang kedua. Meskipun kondisi politik dan ekonomi antara kedua zaman ini amat berbeda, saat ini kita menghadapi masalah-masalah yang sama dengan apa yang terjadi setelah pandemi flu Spanyol seratus tahun silam. Terdapat empat poin yang digarisbawahi oleh Satu, yaitu pemulihan ekonomi global, peran Bank Dunia dan kerja sama internasional, prospek di sektor perdagangan dan rantai nilai global, serta peningkatan dan inovasi teknologi.
Menristek Bambang Brodjonegoro dalam Inaugural Speech menuturkan bahwa less contact economy harus dioptimalkan menuju ekonomi berbasis digital dalam segala bidang. Sistem data harus diintegrasikan, diperkuat, terutama di bidang AI, Big Data, dan Internet of Things (IoT). Tak lupa juga sumber daya manusia di Indonesia harus dipersiapkan secara matang. Bambang menegaskan bahwa dengan pemanfaatan digital di berbagai bidang ini, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mampu mewujudkan Indonesia maju menuju 100 tahun Indonesia di tahun 2045.
Pemaparan sesi Inaugural yang kedua diberikan oleh Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa pada dasarnya, Indonesia sedang bertransformasi menjadi salah satu produsen paling efektif. Indonesia memiliki teknologi tinggi dengan pabrik-pabrik baru di wilayah yang akan mentransfer dirinya sendiri. Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa ia cukup yakin Indonesia akan mencapai target pertumbuhan untuk perdagangan sebesar 6,3%. Indonesia akan sangat aktif dalam membuka pasar baru dan menerima investasi awal karena investasi adalah hal penting dalam perdagangan.
Para pembicara lainnya pada sesi pertama IEO ’21 adalah Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro BKPM Indra Darmawan, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Hidayat Amir, dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Aida S Budiman.
Memasuki sesi kedua yaitu sesi panel discussion yang membahas mengenai, “Breakthrough for Indonesia’s Young Workers: Anticipating the Emergence of Lockdown Generation”. Panel discussion ini moderatori oleh Nitia Anisa, dan diikuti oleh beberapa panelis, yaitu Hariyadi Sukamdani (Ketua APINDO), Rasyid Amir (Plt. Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan), Dini Widiastuti (Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia), dan Turro Selrits Wongkaren (Kepala Lembaga Demografi FEB UI).
Dalam panel discussion tersebut, para panelis sepakat bahwa perlu adanya kerjasama antara pencari kerja, pemberi kerja, dan kementerian sebagai regulator dalam membuat suatu sistem pasar kerja yang terintegrasi demi memudahkan menyampaikan kebutuhan pasar kerja pada calon pekerja. Anak-anak muda diharapkan dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan tuntutan pasar tenaga kerja dan dunia usaha saat ini. Hal tersebut dapat dimulai dengan menekuni suatu bidang, meningkatkan keterampilan yang dimiliki baik itu hard skill maupun soft skill. (*)