Info Event - Suasana hangat dan penuh warna menyelimuti Rumah Autis Tanjung Priok, Jakarta Utara, pagi itu. Di halaman rumah belajar yang sederhana, 18 anak berkebutuhan khusus (ABK) duduk melingkar, ditemani para peserta Persiapan Keberangkatan (PK) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Angkatan 255, yang menamai diri mereka Maku Dudara. Mereka bukan sekadar tamu, melainkan sahabat yang datang membawa cinta dan semangat inklusi.
Kegiatan bertajuk “A Day with ABK” ini menjadi bagian dari proyek sosial angkatan. Tujuannya sederhana namun berdampak dalam: menumbuhkan empati, mendekatkan diri pada kelompok rentan, dan membangun komitmen keberlanjutan terhadap isu inklusi sosial. Acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin Muhammad Rizka Qiyamullail, Ketua PK 255 Maku Dudara, lalu dilanjutkan sambutan oleh Intanta Siregar selaku Ketua Divisi Social Project. “Kami berharap, momen ini jadi langkah kecil yang membawa makna besar,” ujar Intanta, “untuk menjembatani kepedulian dan keberpihakan pada inklusi.”
Aktivitas utama hari itu adalah mewarnai totebag bersama. Tak sekadar menggambar, anak-anak dibebaskan berekspresi, menuangkan warna dan imajinasi mereka di atas kain. Para peserta LPDP mendampingi mereka dengan sabar, tertawa bersama, dan sesekali memberi pujian hangat. Di balik kegiatan sederhana itu, tumbuh jalinan kedekatan yang membangun rasa percaya diri anak-anak—sebuah proses yang tak bisa dibeli dengan angka.
Rumah Autis Tanjung Priok sendiri berada di bawah naungan Cagar Foundation, lembaga yang telah lama bergiat dalam pendidikan dan terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Kolaborasi antara Maku Dudara dan Cagar Foundation bukan sekadar kerja sama insidental, melainkan pertemuan dua semangat: kemanusiaan dan keberlanjutan.
Tak berhenti di kegiatan satu hari, peserta Maku Dudara juga turut menjadi orang tua asuh bagi anak-anak di Rumah Autis, melalui donasi kolektif yang disalurkan untuk mendukung kebutuhan pendidikan dan terapi jangka panjang. Ini bagian dari komitmen yang terus mereka bangun sejak pelatihan dimulai.
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya 19 Juli 2025, mereka juga menggelar webinar bertajuk “Membangun Masa Depan Inklusif: Dukungan Holistik bagi Anak Berkebutuhan Khusus”, sebagai rangkaian pengantar aksi sosial ini. Melalui webinar itu, peserta menggali pemahaman teoretis sekaligus memperkuat dasar empati sebelum turun langsung ke lapangan.
Dukungan juga datang dari berbagai pihak, termasuk Tempo Media Group yang membantu publikasi kegiatan dan Puyo Desserts yang membagikan produk pudding mereka sebagai penutup manis kegiatan. Usai mewarnai, anak-anak dan peserta duduk bersama menikmati pudding, tertawa dan saling bercerita. Kebahagiaan sederhana yang tumbuh dari niat tulus untuk hadir dan berbagi.
Semua rangkaian kegiatan ini adalah bagian dari proses pembentukan karakter awardee LPDP sebelum mereka melanjutkan studi ke berbagai penjuru dunia. Nama Maku Dudara, yang dalam bahasa Melayu Ternate berarti “saling menjaga,” menjadi simbol semangat mereka: menjaga satu sama lain, menjaga nilai kemanusiaan, dan menjaga asa untuk masa depan yang lebih inklusif. (*)